Trem adalah rangkaian kereta yang berjalan di atas rel seperti layaknya kereta api. Namun trem awalnya ditarik oleh kuda. Untuk menarik kereta trem berpenumpang 40 orang, dibutuhkan empat ekor kuda. Trem ini beroperasi sejak tahun 1869. Stasiunnya di Harmoni, dan melayani dua rute ke Tanah Abang dan Jatinegara atau Maester Cornelis. Rute Maester Cornelis melalui Pintu Air, Pasar Baru, Lapangan Banteng, Pasar Senen, Kramat dan berakhir di pangkalan Jatinegara.
Trem ini dioperasikan oleh Dumler & Co. Ongkosnya 10 sen untuk sekali perjalanan. Tapi ternyata trem dengan tenaga kuda ini tidak efisien dan tidak menguntungkan. Baru berjalan tiga tahun, tahun 1872, 545 kuda penarik trem tewas.
Tahun 1882, munculah trem tenaga uap yang menggantikan trem tenaga kuda. Trem ini dioperasikan oleh perusahaan Nederlandsch-Indische Tramweg Maatschappij. Dibanding kuda, trem bertenaga uap lebih bertenaga dan lebih nyaman. Ongkosnya 20 sen untuk kelas I dan 10 sen untuk kelas II dan III.
Duduk di trem ini tidak bisa sembarangan. Ada kelas-kelas sesuai warna kulit. Kelas satu untuk orang kulit putih, kelas dua untuk orang-orang timur asing seperti China, Arab atau India. Dan ada kelas tiga untuk pribumi dan kambing. Dari sinilah lahir istilah kelas kambing, artinya kelas yang paling rendah karena disamakan dengan binatang.
Walau lebih efisien dari trem yang ditarik kuda, trem uap juga sering bermasalah. Terutama suaranya yang berisik dan kerap mati saat hujan lebat akibat ketel uapnya kemasukan air. Trem ini juga sering kecelakaan dan memakan korban.
Trem uap digantikan trem listrik mulai tahun 1899. Trem listrik ini bergerak dengan tenaga listrik melalui pantograph dan kabel-kabel listrik di atasnya. Mirip seperti sistem kerja KRL saat ini. Rute trem listrik bertambah dengan menjangkau area Menteng dan Gunung Sahari. Trem ini bertahan berpuluh tahun di Jakarta hingga masa kemerdekaan dan orde lama.
Tahun 1959, Presiden Soekarno menghentikan operasional trem. Saat itu trem dianggap mengganggu lalu lintas kota. Berakhirlah sejarah trem di Jakarta. Rel bekas trem pun kini terkubur aspal Kota Jakarta.